PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK SEKOLAH DASAR
I.
Perkembangan kepribadian
Kata
kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini
berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng” atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng
yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga
kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang
ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.
Dalam
perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal
atau komponen penting. “konsep
diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya
sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang
dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain
terhadap dirinya”
(Buchori 1982). Teori-Teori Pengembangan Kepribadian ini berfokus pada berbagai
aspek pengembangan psikologi kepribadian, termasuk kognitif, perkembangan
sosial dan moral. Macam-macam Teori Psikologi Kepribadian :
A. Piaget Tahapan Pengembangan Kognitif
Teori
Jean Piaget tentang perkembangan kognitif tetap salah satu yang paling
sering dikutip dalam psikologi, meskipun menjadi subjek kritik yang cukup.
Sementara banyak aspek teori tidak teruji oleh waktu, namun ide intinya tetap
penting hari ini: anak-anak berpikir berbeda daripada orang dewasa.
B. Freud Tahapan Pembangunan
Psikoseksual
Pada
tahap teori terkenal tentang perkembangan psikoseksual, Freud menyarankan bahwa
kepribadian berkembang secara bertahap yang berkaitan dengan zona erotis
tertentu. Kegagalan untuk berhasil menyelesaikan tahap ini, ia menyarankan,
akan menyebabkan masalah kepribadian di masa dewasa.
C. Freud Struktural Model Kepribadian
Konsep
Freud tentang id, ego dan superego telah menjadi terkenal dalam budaya populer,
meski kurangnya dukungan dan skeptisisme besar dari banyak peneliti. Menurut
Freud, tiga unsur dari kepribadian-yang dikenal sebagai id, ego, dan
superego-bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
D. Erikson Tahapan Pembangunan
Psikososial
Teori
Erik Erikson tentang delapan tahap perkembangan manusia adalah salah satu teori
terbaik yang dikenal dalam psikologi. Sementara teori didasarkan pada tahapan
Freud tentang perkembangan psikoseksual, Erikson memilih untuk fokus pada
pentingnya hubungan sosial pada pengembangan kepribadian. Teori ini juga
melampaui masa kanak-kanak untuk melihat perkembangan di seluruh umur.
E. Kohlberg Tahapan Pembangunan Moral
Lawrence
Kohlberg mengembangkan teori pengembangan psikologi kepribadian yang berfokus
pada pertumbuhan pemikiran moral. Bangunan pada proses dua-tahap yang diusulkan
oleh Piaget, Kohlberg memperluas teori untuk meliputi enam tahapan yang
berbeda.
II.
Karakteristik Perkembangan
Kepribadian
Memahami
karakteristik kepribadian peserta didik tidaklah mudah. Sehingga antara
pendidik dengan peserta didik sama-sama belajar. Dari proses belajar tersebut,
banyak pendapat-pendapat atau hasil penelitian tentang macam-macam kepribadian
peserta didik yang bertujuan agar terjadi kesinambungan antara satu dengan yang
lainnya. Jika dalam kehidupan atau ruang lingkup pendidikan, salah satunya
dapat bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran agar sasaran dan ilmu yang
disampaikan dapat maksimal saat diterima masing-masing peserta didik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa memahami kepribadian peserta dapat dianggap modal atau
langkah awal para pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Karakteristik
kepribadian sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pelajaran atau
materi dapat dipahami oleh peserta didik saat peserta didik dapat fokus
terhadap apa yang sedang dibahas. Sebelum membuat peserta didik fokus terhadap
materi atau pelajaran yang pendidik berikan, langkah awal pendidik adalah
membuat peserta didik fokus kepada pendidik. Apabila para pendidik telah
berhasil membuat fokus para peserta didik kepada pendidik, maka dengan mudahnya
para pendidik melangsungkan kegiatan belajarnya. Berikut ini adalah tipe-tpe
kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian
peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung
dengan maksimal.
A. Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori
1982) menyatakan Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan
dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif
bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam
aktivitas sosial.
2. Kepribadian Introvert: dicirikan
dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas,
pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti
keringat, pucat, dan gugup.
B. Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto
2009) menyatakan kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang
meliputi kepribadian sebagai berikut:
1.
Mudah
menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
2.
Bebas,
cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
3.
Emosi
stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive),
neurotik.
4.
Dominat,
menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5.
Riang,
tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri,
sedih.
6.
Sensitif,
simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
7.
Berbudaya,
estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8.
Berhati-hati,
tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak
bertanggung jawab.
9.
Petualang,
bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10. Penuh energi, tekun, cepat,
bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
11. Tenang, toleran VS tidak tenang,
mudah tersinggung.
12. Ramah, dapat dipercaya VS curiga,
bermusuhan.
C. Menurut Hippocrates dan Galenus
(dalam Kurnia 2007). Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau
fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang
menentukan temperamen seseorang. Tipe kepribadian itu antara lain:
1. Tipe kepribadian choleric (empedu
kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah
tersinggung, dan tidak sabar.
2. Tipe melancholic (empedu hitam), yang
berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah
putus asa.
3. Tpe phlegmatic (lendir), yang
bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
4. Tipe sanguinis (darah), yang memiliki
temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.
D. Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam
Kurnia 2007) menyatakan bahwa. Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh
atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
1. Tipe asthenicus atau ectomorpic pada
orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir
abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
2. Tipe pycknicus atau mesomorphic pada
orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular
dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
3. Tipe athleticus atau mesomorphic pada
orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang
membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri. Namun
demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran
(dysplastic).
E. Menurut Jung (dalam Sudianto 2009). Tipologi
kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang,
yaitu:
1. Tipe Ekstrovert yang perhatiannya
lebih banyak tertuju di luar.
2. Tipe Introvert yang perhatiannya
lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif. Tetapi,
umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan
introvert yang disebut ambivert.
F. Pada periode anak sekolah,
kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian
mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan karakteristik
anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan
menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian
diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah”.
G. Menurut Kurnia (2007) menjelaskan
bahwa:
Karakteristik atau
kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah
krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.
1. Krakteristik perkembangan masa anak
awal (2-6 tahun)
Masa anak awal
berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan
mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk
mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai
pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur,
bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua.
2. Krakteristik perkembangan masa anak
akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau
ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa
anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik.
Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan
karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya
daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang
memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda
miliknya.
3. Krakteristik perkembangan masa puber
(11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu
periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini
terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap
prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap
puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja. Waktu masa puber
relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat
pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan
tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula
pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan
konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.
III.
Jenis-jenis kepribadian
1. Tipe Kepribadian Sanguinis
Tipe ini paling baik
dalam hal berurusan dengan orang lain secara antusias; menyatakan pemikiran
dengan penuh gairah; memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah
berbicara terlalu banyak; mementingkan diri sendiri; sulit berkonsentrasi;
kurang disiplin. Orang dengan tipe kepribadian Sanguinis cenderung hangat
(warm-hearted), ceria, optimis, PD, namun juga egois. Sedangkan orang
Phlegmatis adalah mereka yang punya lebih banyak kadar lendir dalam tubuh
2. Tipe Kepribadian Melankolis
Tipe ini paling baik
dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara catatan,
bagan dan grafik; menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain.
Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan; menunda – nunda suatu pekerjaan; mempunyai
citra diri yang rendah; mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang
lain. Orang dengan tipe kepribadian melankolis cenderung lebih mudah sedih dan
depresi (mood-nya lebih gloomy), artistik dan puitis.
3. Tipe Kepribadian Koleris
Tipe ini paling baik
dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat; persoalan yang memerlukan
tindakan dan pencapaian seketika; bidang-bidang yang menuntut kontrol dan
wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak tahu bagaimana cara
menangani orang lain; sulit mengakui kesalahan; sulit bersikap sabar; terlalu
pekerja keras. Orang dengan tipe kepribadian ini cenderung tenang, cool,
rasional, dan konsisten namun juga lamban dan pemalu. Orang Koleris adalah
mereka yang punya kadar cairan empedu lebih banyak dalam tubuh. Karakteristik
orang Koleris menurut Galen adalah bersemangat, antusias, enerjik, dan
passionate. Terakhir, orang Melankolis adalah mereka yang punya kadar black
bile lebih banyak dalam tubuh.
4. Tipe Kepribadian Phlegmatis
Tipe ini paling baik
dalam posisi penengahan dan persatuan; badai yang perlu diredakan; rutinitas
yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang
antusias; malas; tidak berpendirian; sering mengalami perasaan sangat khawatir,
sedih dan gelisah.
Kepribadian dan Watak
Manusia Menurut William Sheldon
Sheldon membagi tipe
kepribadian berdasarkan dominasi lapisan yang berada dalam tubuh seseorang.
Berdasarkan aspek ini, dia membagi tipe kepribadian menjadi tiga:
1. Ektomorph
Tipe orang yang berbadan
kurus tinggi, karena lapisan badan bagian luar yang dominan. Sifatnya antara
lain suka menyendiri dan kurang bergaul dengan lingkungan masyarakatnya.
2. Mesomorph
Tipe orang yang berbadan
sedang, dikarenakan lapisan badan bagian tengah yang dominan. Sifat orang tipe
ini antara lain giat bekerja dan mampu mengatasi sifat agresif.
3. Endomorph
Tipe orang yang memiliki
bentuk badan gemuk, bulat, dan anggota tubuh yang pendek karena lapisan badan
bagian dalam yang dominan. Sifat yang dimilikinya antara lain kurang cerdas,
senang makan, suka dengan kemudahan, dan tidak banyak mengambil resiko dalam
kehidupan.
IV.
Faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi perkembangan kepribadian
Menurut Kurnia (2007)
menyatakan bahwa mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang
menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat
yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang
tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi
oleh tingkat kecerdasannya.
2. Pengalaman awal dalam lingkungan
keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer
yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan
penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3. Pengalaman kehidupan selanjutnya
dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena
pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang
sudah terbentuk pada diri seseorang.
Menurut Purwanto (2006) terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan
faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut
faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran
darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya.
Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada
setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada
pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut
memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang
dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar
individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah
tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya
yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul
dengan orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah
keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan
menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana
keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap
perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan
keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan
menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena
pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak
masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena
berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana
bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang
diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan
bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan
kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan
pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan
dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek
kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian
antara lain:
a. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap
kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai
anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
b. Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang
berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati
oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan
bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
c. Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya
pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula
tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu
masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
d. Bahasa
Di samping faktor-faktor
kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat
hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena
bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan
bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan
orang lain.
e. Milik Kebendaan (material
possessions)
Semakin maju kebudayaan
suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan
bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia
yang memiliki kebudayaan itu.
V.
Masalah-masalah yang mungkin muncul
dalam perkembangan kepribadian
Menurut PPDGJ III (
Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia III ). Pada
Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III (Rusdi, 2000:102-105) Terdapat Yang di sebut
dengan diagnosa Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa antara lain
adalah sebagai berikut:
A. Gangguan Kepribadian Paranoid , dengan
ciri-ciri :
1. Kepekaan berlebihan terjadap
kegagalan dan penolakan
2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan
dendam
3. Kecurigaan dan kecenderungan
mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yang
netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan penghinaan
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot
tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation)
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar
(justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
6. Kecenderungan untuk merasa dirinya
penting secara berlebihan yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk
ke diri sendiri (self-referential attitude)
7. Preokupasi dengan
penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substatantuf dari suatu
peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.
B. Gangguan Kepribadian Skizoid, ditandai
dengan deskripsi berikut :
1. Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang
memberikan kesenangan
2. Emosi dingin, efek mendatar, atau tak
peduli (detachment)
3. Kurang mampu untuk mengekspresikan
kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain
4. Tampak nyata ketidak-pedulian baik
terhadap pujian maupun kecaman
5. Kurang tertarik untuk mengalami
pengalaman seksual dengan orang lain (perhitungkan usia penderita)
6. Hampir selalu memilih aktivitas yang
dilakukan sendiri
7. Preokupasi dengan fantasi dan
intropeksi yang berlebihan
8. Tidak mempunyai teman dekat atau
hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan
untuk menjalin hubungan seperti itu
9. Sangat sensitif terhadap norma dan
kebiasaan sosial yang berlaku.
C. Gangguan Kepribadian Dissosiala, deskripsi
berikut :
- Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
- Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial
- Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya
- Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan
- Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman
- Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat
D. Gangguan Kepribadian Emosional Tak
Stabil
Terdapat kecenderungan
yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan
konsekuensinya
Dua varian yang khas
adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.
E. Gangguan Kepribadian Histrionik, deskripsi
sebagai berikut :
- Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara (theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)
- Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan
- Keadaan afektif yang dangkal dan labil
- Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian
- Penampilan atau perilaku ”merangsang” (seductive) yang tidak memadai
- Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
F. Gangguan Kepribadian Anankastik ,
ditandai dengan ciri-ciri :
- Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;
- Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal;
- Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;
- Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktifitas, sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal;
- Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;
- Kaku dan keras kepala;
- Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;
- Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan.
G. Gangguan Kepribadian Cemas (
Menghindar ), dengan ciri ciri :
- Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif
- Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain
- Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social
- Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai
- Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik
- Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
H. Gangguan Kepribadian Dependen
- Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar keputusan penting untuk dirinya
- Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka
- Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung
- Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri
- Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri
- Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.
VI.
Usaha yang dapat dilakukan guru dan
orang tua dalam Mewujudkan kepribadian anak SD
Dalam berbagai penelitian
para ahli dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu di berikan oleh orang tua
terhadap anaknya, sebagai mana diungkapkan sebagai berikut:
1. Respek dan kebebasan pribadi.
2. Jadikan rumah tangga nyaman dan
menarik.
3. Hargai kemandiriannya.
4. Diskusikan tentang berbagai masalah.
5. Berikan rasa aman, kasih sayang, dan
perhatian.
6. Anak-anak lain perlu di mengerti.
7. Beri contoh perkawinan yang bahagia
Usaha yang dapat
dilakukan guru adalah :
1. Mengajarkan kejujuran
2. Mengajarkan keberanian
3. Mengajarkan kesabaran
4. Mengajarkan kesederhanaan
5. Mengajarkan berpikir lurus
6. Mengajarkan tanggung jawab
7. Mengajarkan kedisiplinan
8. Mengajarkan nilai semangat juang
Daftar Rujukan
Belajar, Online (http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar,
diakses tanggal 6 November 2009).
Buchori,
M. 1982. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Jemars.
Kurnia,
Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan
belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Marijan.
Metode Pendidikan Anak. Yogyakarta
Sabda Media. 2012
Megawangi
Ratna dkk. Pendidikan Holistik.
Bogor. Indonesia Heritage Foundation. 2011
Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenak Ke[ribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi.
Jakarta: Depdiknas.
Wijaya,
Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan.
Bandung: PT Eresco.
Yamin
Martinis dan Sanan Sabri jamilah. Panduan
PAUD. Jakarta. Gp press. 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar