Jumat, 12 Juni 2015

PERKEMBANGAN EMOSI ANAK SD



PERKEMBANGAN EMOSI ANAK SD
I.     Pengertian Emosi
Menurut Crow & Crow (1958) emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Warna afektif disini dapat diartikan sebagai perasaan – perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi ( menghayati ) suatu situasi tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, tidak senang dan sebagainya ( Yusuf  Syamsu, 2006 ). Ciri-ciri emosi adalah sebagai berikut :
1.        Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir
2.        Bersifat fluktuatif ( tidak tetap )
3.        Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera

II.     Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan ( psikis ).
A.    Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.
B.     Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan.  Yang termasuk emosi jenis ini diantaranya adalah :
1.    Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran.  Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk :
a.      rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah
b.       rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran
c.       rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan – persoalan ilmiah yang harus dipecahkan
2.    Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok.  Wujud perasaan ini seperti :
a.  rasa solidaritas
b.  persaudaraan ( ukhuwah )
c.  simpati
d.  kasih sayang, dan sebagainya
3.    Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – nilai baik dan buruk atau etika ( moral ). Contohnya :
a.  rasa tanggung jawab ( responsibility )
b.  rasa bersalah apabila melanggar norma
c.  rasa tentram dalam mentaati norma
4.    Perasaan Keindahan ( estetis ), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun kerohanian
5.    Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai makluk Tuhan, dianugrahi fitrah ( kemampuan atau perasaan ) untuk mengenal; Tuhannya.  Dengan kata lain, manusia dianugerahi insting religius ( naluri beragama ).  Karena memiliki fitrah ini, maka manusia di juluki sebagai “ Homo Divinans “ dan “ Homo Religius “ atau makluk yang berke-Tuhan-an atau makluk beragama.

III.     Perkembangan Emosi Anak
A.  Perkembangan Emosi Balita
Di usia batita anak berkembang ke arah kemandirian. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu. Dukungan dan kesabaran dari orangtua penting untuk membantu anak mencapai tugas perkembangan tersebut.
1.    Demonstrasi kasih sayang
Anak usia ini senang mengeksplorasi berbagai perasaan menyenangkan yang timbul dari kontak fisik. Misal setiap kali orangtua membuka tangan, batita pasti akan berlari menghampiri untuk masuk dalam pelukan orangtuanya.
2.    Perhatian secara personal
Batita selalu menuntut perhatian secara personal sebab di usia ini anak sedang berada dalam fase egosentris. Ia ingin semua menjadi miliknya dan hanya untuk dirinya.
3.    Mood gampang berubah
Anak batita sangat moody. Mudah baginya berganti suasana hati dalam waktu sekejap. Di usia ini anak mulai sadar bahwa dirinya adalah individu yang terpisah dari orangtuanya sehingga segala sesuatunya ingin dilakukan sendiri. Sementara di sisi lain kemampuannya masih sangat terbatas.
4.    Cari perhatian
Ini adalah salah satu ekspresi emosi yang khas dimiliki anak batita. Ia senang sekali "pamer" kemampuan. Pahadal sesuai tahapan perkembangannya, ada saja kemampuan baru yang dikuasainya hampir setiap hari.
5.    Suka menyengaja
Batita suka menyengaja. Ini dilakukan semata-mata untuk melihat repons sekelilingnya. Bisa juga karena anak belum paham risiko dari perbuatannya, tapi mungkin juga anak sekadar menikmati reaksi yang ditampilkan orangtua.
6.    Melempar sesuatu saat marah
Di usia ini anak belum bisa mengendalikan emosinya secara sempurna tapi kemampuan motoriknya, terutama melempar benda, sudah bisa dilakukan.
7.    Keras kepala
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, di usia ini anak sedang berada pada fase egosentris. Anak maunya menang sendiri dan keras kepala. Apa yang sudah jadi keinginannya seakan tak terbantahkan. Ini adalah bagian dari perkembangan yang wajar.
8.    Narsisme
Anak batita "narsis" mengagumi diri sendiri. Anak usia ini selalu merasa dirinya yang paling baik, pintar, cantik/ganteng, disayang dan sebagainya sehingga ia merasa berhak atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.

B.  Perkembangan Emosi Anak
Enam tahapan perkembangan yang harus dilalui anak:
1.    Regulasi diri dan minat terhadap lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.
2.    Keakraban-keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
3.    Komunikasi dua arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif.
4.    Komunikasi kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks, mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.
5.    Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi.
6.    Berpikir emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.

Pada umumnya, ada empat kunci utama emosi pada anak yaitu :
1.    perasaan marah
perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punketika kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang timbulrasa marah pada sianak.
2.    perasaan takut
rasa takutini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
3.    perasaan gembira
perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4.    rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat perasaan itu merupakan emosi negatifdan positif. Perasaan marah dan ketakutan merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor merupakan sikap emosi yang positif.

C.  Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
1.      Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
a.       Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
b.      Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
c.       Kemarahan biasa terjadi
d.      Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
e.       Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
2.      Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
a.       “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
b.      Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
c.       Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja:
Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
a.    Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
b.    Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
c.    Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
d.   Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
e.    Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.

IV.     Karakteristik Perkembangan Emosi Anak
Karakteristik perkembangan emosi pada masa awal anak adalah fase dimana saat ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit untuk diarahkan. Menurut Hurlock perkembangan emosi ini mencolok pada anak usia 2,5 th – 3,5 thn dan 5,5 thn – 6,5 thn. Ciri utama reaksi emosi pada anak  :
A.  Reaksi emosi anak sangat kuat. Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambahnya matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih kadar keterlibatan emosionalnya.
B.  Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Emosi bersifat sementara,Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa saying
C.  Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.
D.  Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima.
E.   Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain :
1.    Ekspresi wajah
2.    Napas 
3.    Ruang gerak,
4.    gerakan tangan dan lengan
Keadaan anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan, misalkan:
1.        Cemas       :  murung, diam, keringat dingin, lari menjauh
2.        Senang      : Senyum-senyum, mengeluarkan bunyi-bunyi, bergumam,menyanyi, membelai, mengelus, memeluk, mencium
3.        Takut         :  Mengkeret, wajahnya mengerut,  berteriak-teriak
4.        Marah       :  Gregetan seperti mau melawan,  berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri, menangis.
5.        Kesal         :  Menggigit, menjambak,  membanting barang ke lantai,mengangkat barang dengan satu tangan
6.        Sedih         :  Murung, tidak mau  makan, melempar-lempar piring.
7.        Kecewa    : Murung, wajah melas,

V.     Tugas perkembangan emosi pada anak
Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Woolfson, 2005:8 menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu :
1.    Dicintai
2.    Dihargai
3.    Merasa aman
4.    Merasa kompeten,
5.    Mengoptimalkan kompetensi. Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.
Tugas perkembangan sosial emosional anak berusia 3-5 tahun adalah sebagai berikut:
A.  Anak usia 3 tahun diharapkan dapat:
1.    Memilih teman bermain
2.    Memulai interaksi sosial dengan anak lain
3.    Berbagi mainan, bahan ajar atau makanan
B.  Anak usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
1.    Menunggu atau menunda keinginan selama 5 menit
2.    Menikmati kedekatan sementara dengan salah satu teman bermain
C.  Anak usia 4 tahun diharapkan dapat:
1.    Menunjukkan kebanggan terhadap keberhasilan
2.    Membuat sesuatu karena imajinasi yang dominan
D.  Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
1.    Menunjukkan rasa percaya diri
2.    Menceritakan kejadian yang baru berlalu
3.    Lebih disukai ditemani teman sebaya dibanding orang dewasa
4.    Menggunakan barang milik orang dengan hati-hati
E.   Anak usia 5 tahun diharapkan dapat:
1.      Memiliki beberapa kawan, mungkin satu sahabat
2.      Memuji, memberi semangat, atau menolong anak lain
F.   Anak usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
1.        Mencari kemandirian lebih banyak
2.        Sering kali puas, menikmati berhubungan dengan anak lain meski pada saat krisis muncul
3.        Berteman secara mandiri.
            Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu hal secara berulang kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih memperkenalkan diri kepada orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk melakukannya.     
Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi (Saarni, Mumme, dan Campos, 1998 dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan (De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain (Friend and Davis, 1993). Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup :

VI.     Gangguan emosional pada anak
Gangguan Emosional mengacu pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku atau emotional seorang individu sangat berbeda dari norma-norma yang umumnya diterima, sesuai dengan usia, etnis, atau budaya yang mempengaruhi secara berbeda kinerja pendidikan di wilayah seperti perawatan-diri. hubungan sosial, penyesuaian pribadi, kemajuan akademis, perilaku di ruang kelas atau penyesuaian terhadap pekerjaan
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah; takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu. Sekalinun demikian pada umumnya anak-anak berusaha merubahnya dan menutupi periiaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercayai oleh orang lain, menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hjkuman karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7. tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya.
Perkembangan Anak merupakan sesuatu hal yang merupakan sesuatu yang selayaknya menjadi perhatian khusus bagi para orang tua karena tahap perkembangan pada masa kanak-kanak merupakan perkembangan emas bagi anak, sehingga ketika kita selaku orang tua kurang memberikan perhatian maka tentu akan mengganggu perkembangan anak itu sendiri, untuk mengatasi hal tersebut tentu kita harus mengenal gangguan-gangguan yang terjadi pada anak khususnya gangguan emosional sebagai berikut :
1.    Prilaku agresif. Sangat perusak, suka mencari perhatian yang berlebihan dan juga pemarah
2.    Prilaku antisocial. Penolakan terhadap nilai-nilai umum dan social, tetapi menerima nilai-nilai aturan teman sesama kelompok
3.    Kecemasan/menarik diri. Kesadaran diri yang berlebihan, menyamaratakan perasaan, ketakutan, kecemasan yang tinggi, defresi yang dalam, sangat sensitive dan mudah sekali malu
4.    Gangguan pemusatan perhatian. Sikap yang sering bingung, kosentrasi jelek dan implusif
5.    Gangguan gerak
6.    Gelisah, ketidak mampuan untuk tenang, tingkat tekanan tinggi dan sangat banyak bicara
7.    Prilaku psikotik. Mengungkapkan ide-ide yang aneh, bicara berulang-ulang , memperlihat kan sifat aneh
8.    Ketakutan. Pola asuh dan lingkungan merupakan factor paling berperan terhadap munculnya gangguan emosional pada anak.

Berikut adalah beberapa sikap salah orangtua yang dapat memicu gangguan emosional pada anak. anak dapat dijinakkan dengan hukuman badan. Padahal, semua itu akan meningkatkan agresivitas anak, bahkan dia bisa belajar tentang perilaku kasar itu saat remaja.
1) Tidak Ekspresif
Dengan maksud menjaga wibawa, banyak orangtua yang tidak ekspresif dalam menunjukkan rasa kasih sayang. Meski fisik anak sudah besar, mereka tetap memerlukan pelukan, pujian, dan ungkapan kasih sayang. Sebaliknya, banyak orangtua yang begitu bersemangat saat memarahi anaknya yang berbuat salah. Dari hal ini, anak hanya belajar tentang emosi negatif, marah-marah dan bentakan, tapi tidak belajar mengeluarkan emosi positifnya.
2) Kurang Perhatian
Banyak orangtua yang sudah puas mencukupi anak dengan materi, tapi tidak dengan perhatian. Mainan, boneka, sepeda, motor mini, komputer sudah cukup menyenangkan anak. Tapi ada hal lain lagi yang lebih menyenangkan buat anak, yaitu kebersamaan dengan orangtua. Memang, tak mudah meluangkan waktu demi anak, tapi di hari libur atau di waktu senggang, orangtua dapat menyempatkan diri berkomunikasi dengan anak. Atau, di sela-sela istirahat kantor, orangtua juga dapat memonitor anaknya lewat telepon.
3) Mempermalukan Anak
Orangtua memarahi anak di depan orang lain seperti teman atau tamu. Dalam kondisi itu, anak tidak dapat protes, membantah, dan hanya diam mendengar ocehan orangtua. Namun, bak bara dalam sekam, sikap itu akan membuat emosi anak meledak-ledak, dan tinggal menunggu waktu saja untuk dilampiaskan. Selain itu, orangtua juga senang menyindir kekurangan anak, tanpa melihat perbuatan positif yang dilakukannya. Juga senang mengecilkan semua hal yang dilakukan anak. Semua perilaku kasar itu akan diadopsi saat anak tumbuh dewasa kelak.
4) Memberi Hukuman Fisik
Hukuman ini dipandang orangtua sangat efektif karena dapat menimbulkan efek jera. Juga asumsi salah lain, perilaku agresif
5) Miskin Penanaman Nilai-nilai
Orangtua dengan entengnya memasukkan anak ke sekolah agama, belajar mengaji, sekolah minggu, dan lain-lain dengan harapan lembaga-lembaga itu dapat mencetak anak berakhlak mulia. Meski membantu anak memiliki wawasan tentang pentingnya perbuatan baik dan nilai moral, namun aplikasi nilai-nilai itu di rumah jauh lebih penting.

VII.     Usaha-usaha Yang Dapat Di Lakukan Jika Anak Mengalami Gangguan Emosional
Usaha-usaha yang dapat di lakukan jika anak mengalami gangguan emosional yaitu dengan melakukan terapi,yang merupakan penetapan sistematik dari sekumpulan prinsip belajar terhadap suatu kondisi atau perilaku yang dianggap menyimpang, dengan tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat berarti menghilangkan, mengurangi, meningkatkan atau memodifikasi suatu Kondisi atau perilaku tertentu. Misalnya anak yang menderita fobLi dilatih agar mengurangi rasa takutnya hingga mencapai kadar yang wajar
a.   Terapi bermain
Terapi ini berusaha mengubah perilaku anak yang bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain. Untuk pelaksanaannya biasanya disediakan ruangan khusus yang telah diatur sedemikian rupa sehinggi anak bisa bersantai, dan dapat mengekspresikan segala perasaan dengan bebas. Dengan metode ini dapat diketahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang anak, selanjutnya diusahakan suatu metode yang tepat bagnimaria mengatasi atau memecahkan masalah tersebut.
b. Terapi keluarga
Terapi ini berusaha mengubah perilaku anak yang memiliki permasalahan dalam lingkungan keluarga saling akrab satu sama lain Dalam ha! ini usaha pembinaan dan bimbingan dari keluarga yang lebih tua sangat dibutuhkan.
c. Terapi perilaku atau modifikasi perilaku
teori belajar untuk mengubah perilaku anak Yaitu dengan menghilangkan perilaku yang tidak disenangi seperti pemarah, atau mengembangkan keinginan, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah (PR). tujuan nya adalah mengubah perilaku anak. yang mempergunakan peran yang dikondisikan untuk mendorong agar anak melakukan sesuatu, misalnya menaruh pakaian kotor ke dalam ember. Demikian anak melakukannya berkali-kali apabila hasilnya bak dia mendapat rework (hadiah), misalnya dengan memberikan pujian atau hadiah berupa mainan.

VIII.     Peran Keluarga dan Sekolah Terhadap Perkembangan Emosi
John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri. Lebih lanjut pakar psikologi Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Guru dan keluarga dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:
1.    Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.
2.    Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.
3.    Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
4.    Memahami emosi anak.
5.    Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.
6.    Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau penilaian.

1 komentar: