PERKEMBANGAN
EMOSI ANAK SD
I.
Pengertian Emosi
Menurut Crow & Crow (1958) emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu
tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
maupun pada tingkat yang luas. Warna afektif disini dapat diartikan sebagai
perasaan – perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi ( menghayati )
suatu situasi tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci,
tidak senang dan sebagainya ( Yusuf Syamsu, 2006 ). Ciri-ciri emosi
adalah
sebagai berikut :
1.
Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti
pengamatan dan berpikir
2.
Bersifat
fluktuatif ( tidak tetap )
3.
Banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera
II.
Pengelompokan
Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan ( psikis ).
A. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan
oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit,
lelah, kenyang dan lapar.
B. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai
alasan – alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi jenis ini diantaranya
adalah :
1. Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai
sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan
dalam bentuk :
a. rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu
hasil karya ilmiah
b. rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran
c. rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan
– persoalan ilmiah yang harus dipecahkan
2. Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut
hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok.
Wujud perasaan ini seperti :
a.
rasa solidaritas
b.
persaudaraan ( ukhuwah )
c. simpati
d. kasih sayang,
dan sebagainya
3. Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai –
nilai baik dan buruk atau etika ( moral ). Contohnya :
a.
rasa tanggung jawab ( responsibility )
b.
rasa bersalah apabila melanggar norma
c.
rasa tentram dalam mentaati norma
4. Perasaan Keindahan ( estetis ), yaitu
perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat
kebendaan ataupun kerohanian
5. Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan
kelebihan manusia sebagai makluk Tuhan, dianugrahi fitrah ( kemampuan atau
perasaan ) untuk mengenal; Tuhannya. Dengan kata lain, manusia
dianugerahi insting religius ( naluri beragama ). Karena memiliki fitrah
ini, maka manusia di juluki sebagai “ Homo Divinans “ dan “ Homo Religius “
atau makluk yang berke-Tuhan-an atau makluk beragama.
III.
Perkembangan Emosi Anak
A.
Perkembangan Emosi Balita
Di usia batita
anak berkembang ke arah kemandirian. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu.
Dukungan dan kesabaran dari orangtua penting untuk membantu anak mencapai tugas
perkembangan tersebut.
1. Demonstrasi kasih sayang
Anak usia ini
senang mengeksplorasi berbagai perasaan menyenangkan yang timbul dari kontak
fisik. Misal setiap kali orangtua membuka tangan, batita pasti akan
berlari menghampiri untuk masuk dalam pelukan orangtuanya.
2. Perhatian secara personal
Batita selalu
menuntut perhatian secara personal sebab di usia ini anak sedang berada dalam
fase egosentris. Ia ingin semua menjadi miliknya dan hanya untuk dirinya.
3. Mood
gampang berubah
Anak batita
sangat moody. Mudah baginya berganti suasana hati dalam waktu sekejap. Di usia
ini anak mulai sadar bahwa dirinya adalah individu yang terpisah dari
orangtuanya sehingga segala sesuatunya ingin dilakukan sendiri. Sementara di
sisi lain kemampuannya masih sangat terbatas.
4. Cari
perhatian
Ini adalah
salah satu ekspresi emosi yang khas dimiliki anak batita. Ia senang sekali
"pamer" kemampuan. Pahadal sesuai tahapan perkembangannya, ada saja
kemampuan baru yang dikuasainya hampir setiap hari.
5. Suka menyengaja
Batita suka
menyengaja. Ini dilakukan semata-mata untuk melihat repons sekelilingnya. Bisa
juga karena anak belum paham risiko dari perbuatannya, tapi mungkin juga anak
sekadar menikmati reaksi yang ditampilkan orangtua.
6. Melempar sesuatu saat marah
Di usia ini
anak belum bisa mengendalikan emosinya secara sempurna tapi kemampuan
motoriknya, terutama melempar benda, sudah bisa dilakukan.
7. Keras kepala
Seperti sudah
dijelaskan sebelumnya, di usia ini anak sedang berada pada fase egosentris.
Anak maunya menang sendiri dan keras kepala. Apa yang sudah jadi keinginannya
seakan tak terbantahkan. Ini adalah bagian dari perkembangan yang wajar.
8. Narsisme
Anak batita "narsis" mengagumi diri sendiri. Anak usia ini selalu merasa dirinya yang paling baik, pintar, cantik/ganteng, disayang dan sebagainya sehingga ia merasa berhak atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Anak batita "narsis" mengagumi diri sendiri. Anak usia ini selalu merasa dirinya yang paling baik, pintar, cantik/ganteng, disayang dan sebagainya sehingga ia merasa berhak atas segala sesuatu yang ada di dunia ini.
B.
Perkembangan
Emosi Anak
Enam
tahapan perkembangan yang harus dilalui anak:
1. Regulasi
diri dan minat terhadap lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan
dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia
akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya
menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.
2. Keakraban-keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang
hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
3. Komunikasi dua arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah,
menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal,
yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal
konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa
tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan
untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif.
4. Komunikasi kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks,
mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan
kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti
perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi
dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter
dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya
disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang
kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan
masalah berdasarkan keurutan logis.
5. Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol,
termasuk bahasa yang melibatkan emosi.
6. Berpikir emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai
ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu
mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba'
dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan
masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai
kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari
strategi berpikir.
Pada umumnya, ada empat kunci utama emosi pada anak yaitu
:
1.
perasaan marah
perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa
tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya.
Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan
sakit. Begitu punketika kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang
timbulrasa marah pada sianak.
2.
perasaan takut
rasa takutini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi
merekatakut akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa
anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka
pu mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang
menyeramkan lainnya.
3. perasaan gembira
perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa
senang akan sesuatu. Contohnya ketika anakdiberi hadiaholeh orang tuanya,
ketika anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan
apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa
gembira.
4. rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di
bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat perasaan itu merupakan emosi negatifdan positif. Perasaan marah dan ketakutan merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor merupakan sikap emosi yang positif.
Keempat perasaan itu merupakan emosi negatifdan positif. Perasaan marah dan ketakutan merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor merupakan sikap emosi yang positif.
C.
Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode
“badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kalenjar. Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja
menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
1. Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
a.
Cenderung banyak
murung dan tidak dapat diterka
b.
Bertingkah laku
kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
c.
Kemarahan biasa
terjadi
d.
Cenderung tidak
toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
e.
Mulai mengamati
orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
2. Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
a.
“Pemberontakan”
remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak
menuju dewasa
b.
Banyak remaja
mengalami konflik dengan orang tua mereka
c. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
remaja:
Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi
perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk
memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi
terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi
emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan
yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi.
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
a.
Belajar dengan
coba-coba
Anak belajar
secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan
pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan
sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
b.
Belajar dengan cara
meniru
Dengan cara
mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
c.
Belajar dengan
mempersamakan diri
Anak
menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional
yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah
oleh rangsangan yang sama.
d.
Belajar melalui
pengkondisian
Dengan metode
ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian
dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin
terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa
kanak-kanak.
e.
Pelatihan atau
belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan
pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara
emosional yang tidak menyenangkan.
IV.
Karakteristik
Perkembangan Emosi Anak
Karakteristik
perkembangan emosi pada masa awal anak adalah fase dimana saat
ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga
sulit untuk diarahkan. Menurut Hurlock perkembangan emosi ini mencolok pada
anak usia 2,5 th – 3,5 thn dan 5,5 thn – 6,5 thn. Ciri utama reaksi emosi pada anak :
A.
Reaksi emosi anak sangat kuat. Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya
usia anak, dan semakin
bertambahnya matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih
kadar keterlibatan emosionalnya.
B.
Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Emosi bersifat sementara,Peralihan yang cepat pada
anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum,
atau dari cemburu ke rasa saying
C.
Emosi dapat diketahui melalui
gejala perilaku. Anak-anak mungkin tidak
memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka
memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis,
kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan
mengisap jempol.
D.
Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali
memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan
emosional seringkali mengakibatkan hukman, sehingga mereka belajar untuk
menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan
berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih
dapat diterima.
E.
Anak mengkomunikasikan emosi
melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh ini perlu kita cermati
karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami
bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta
perasaan anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain :
1. Ekspresi
wajah
2.
Napas
3. Ruang
gerak,
4. gerakan
tangan dan lengan
Keadaan
anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan, misalkan:
1.
Cemas :
murung, diam, keringat dingin, lari menjauh
2.
Senang : Senyum-senyum, mengeluarkan bunyi-bunyi,
bergumam,menyanyi, membelai, mengelus, memeluk, mencium
3.
Takut :
Mengkeret, wajahnya mengerut,
berteriak-teriak
4.
Marah :
Gregetan seperti mau melawan,
berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri, menangis.
5.
Kesal :
Menggigit, menjambak, membanting
barang ke lantai,mengangkat barang dengan satu tangan
6.
Sedih :
Murung, tidak mau makan,
melempar-lempar piring.
7.
Kecewa : Murung, wajah melas,
V.
Tugas
perkembangan emosi pada anak
Emosi
memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia
prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki
pengaruh terhadap perilaku anak. Woolfson, 2005:8 menyebutkan bahwa anak
memiliki kebutuhan emosional, yaitu :
1. Dicintai
2. Dihargai
3. Merasa
aman
4. Merasa
kompeten,
5. Mengoptimalkan
kompetensi. Apabila kebutuhan emosi ini
dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi, terutama
yang bersifat negatif.
Tugas perkembangan sosial
emosional anak berusia 3-5 tahun adalah sebagai berikut:
A. Anak usia 3 tahun diharapkan dapat:
1. Memilih teman bermain
2. Memulai interaksi sosial dengan anak lain
3. Berbagi mainan, bahan ajar atau makanan
B. Anak usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
1.
Menunggu
atau menunda keinginan selama 5 menit
2.
Menikmati
kedekatan sementara dengan salah satu teman bermain
C. Anak usia 4 tahun diharapkan dapat:
1.
Menunjukkan
kebanggan terhadap keberhasilan
2.
Membuat
sesuatu karena imajinasi yang dominan
D. Anak usia 4 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
1.
Menunjukkan
rasa percaya diri
2.
Menceritakan
kejadian yang baru berlalu
3.
Lebih disukai
ditemani teman sebaya dibanding orang dewasa
4.
Menggunakan
barang milik orang dengan hati-hati
E. Anak usia 5 tahun diharapkan dapat:
1. Memiliki beberapa kawan, mungkin satu sahabat
2. Memuji, memberi semangat, atau menolong anak lain
F. Anak usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
1.
Mencari
kemandirian lebih banyak
2.
Sering
kali puas, menikmati berhubungan dengan anak lain meski pada saat krisis muncul
3.
Berteman
secara mandiri.
Anak yang berusia tujuh dan
delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang mereka lakukan
untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka menjadi
kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu hal secara
berulang kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih
memperkenalkan diri kepada orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka
melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka mencoba untuk
menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk
melakukannya.
Pada usia prasekolah anak-anak
belajar menguasai dan mengekspresikan emosi (Saarni, Mumme, dan Campos, 1998
dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi
yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan
(De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam
menafsirkan emosi orang lain (Friend and Davis, 1993). Pada tahapan ini anak
memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup :
VI.
Gangguan
emosional pada anak
Gangguan
Emosional mengacu pada suatu kondisi di mana tanggapan perilaku atau emotional
seorang individu sangat berbeda dari norma-norma yang umumnya diterima, sesuai
dengan usia, etnis, atau budaya yang mempengaruhi secara berbeda kinerja
pendidikan di wilayah seperti perawatan-diri. hubungan sosial, penyesuaian
pribadi, kemajuan akademis, perilaku di ruang kelas atau penyesuaian terhadap
pekerjaan
Terdapat beberapa gangguan
emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab
ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan. Antara Iain pada suasana yang
gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah; takut
berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang
berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa di rumahnya,
misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa,
baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya, mereka
menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain.
Misalnya berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan
yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar
dari emosional yang terganggu. Sekalinun demikian pada umumnya anak-anak
berusaha merubahnya dan menutupi periiaku mereka dengan mengemukakan alasan
untuk dapat dipercayai oleh orang lain, menutupi kebohongannya dengan maksud
menghindari hjkuman karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih
dari 6 atau 7. tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka
merasa sadar dan tidak aman perasaannya.
Perkembangan Anak merupakan
sesuatu hal yang merupakan sesuatu yang selayaknya menjadi perhatian khusus
bagi para orang tua karena tahap perkembangan pada masa kanak-kanak merupakan
perkembangan emas bagi anak, sehingga ketika kita selaku orang tua kurang
memberikan perhatian maka tentu akan mengganggu perkembangan anak itu sendiri,
untuk mengatasi hal tersebut tentu kita harus mengenal gangguan-gangguan yang
terjadi pada anak khususnya gangguan emosional sebagai berikut :
1. Prilaku
agresif. Sangat perusak, suka mencari
perhatian yang berlebihan dan juga pemarah
2. Prilaku
antisocial. Penolakan terhadap nilai-nilai
umum dan social, tetapi menerima nilai-nilai aturan teman sesama kelompok
3. Kecemasan/menarik
diri. Kesadaran diri yang berlebihan,
menyamaratakan perasaan, ketakutan, kecemasan yang tinggi, defresi yang dalam,
sangat sensitive dan mudah sekali malu
4. Gangguan
pemusatan perhatian. Sikap
yang sering bingung, kosentrasi jelek dan implusif
5. Gangguan
gerak
6. Gelisah,
ketidak mampuan untuk tenang, tingkat tekanan tinggi dan sangat banyak bicara
7. Prilaku
psikotik. Mengungkapkan ide-ide yang
aneh, bicara berulang-ulang , memperlihat kan sifat aneh
8. Ketakutan. Pola asuh dan lingkungan
merupakan factor paling berperan terhadap munculnya gangguan emosional pada
anak.
Berikut
adalah beberapa sikap salah orangtua yang dapat memicu gangguan emosional pada
anak. anak
dapat dijinakkan dengan hukuman badan. Padahal, semua itu akan meningkatkan
agresivitas anak, bahkan dia bisa belajar tentang perilaku kasar itu saat
remaja.
1) Tidak Ekspresif
Dengan maksud menjaga wibawa, banyak orangtua
yang tidak ekspresif dalam menunjukkan rasa kasih sayang. Meski fisik anak
sudah besar, mereka tetap memerlukan pelukan, pujian, dan ungkapan kasih
sayang. Sebaliknya, banyak orangtua yang begitu bersemangat saat memarahi
anaknya yang berbuat salah. Dari hal ini, anak hanya belajar tentang emosi
negatif, marah-marah dan bentakan, tapi tidak belajar mengeluarkan emosi
positifnya.
2) Kurang Perhatian
Banyak orangtua yang sudah puas mencukupi anak
dengan materi, tapi tidak dengan perhatian. Mainan, boneka, sepeda, motor mini,
komputer sudah cukup menyenangkan anak. Tapi ada hal lain lagi yang lebih
menyenangkan buat anak, yaitu kebersamaan dengan orangtua. Memang, tak mudah
meluangkan waktu demi anak, tapi di hari libur atau di waktu senggang, orangtua
dapat menyempatkan diri berkomunikasi dengan anak. Atau, di sela-sela istirahat
kantor, orangtua juga dapat memonitor anaknya lewat telepon.
3) Mempermalukan Anak
Orangtua memarahi anak di depan orang lain
seperti teman atau tamu. Dalam kondisi itu, anak tidak dapat protes, membantah,
dan hanya diam mendengar ocehan orangtua. Namun, bak bara dalam sekam, sikap
itu akan membuat emosi anak meledak-ledak, dan tinggal menunggu waktu saja
untuk dilampiaskan. Selain itu, orangtua juga senang menyindir kekurangan anak,
tanpa melihat perbuatan positif yang dilakukannya. Juga senang mengecilkan
semua hal yang dilakukan anak. Semua perilaku kasar itu akan diadopsi saat anak
tumbuh dewasa kelak.
4) Memberi Hukuman Fisik
Hukuman ini dipandang orangtua sangat efektif
karena dapat menimbulkan efek jera. Juga asumsi salah lain, perilaku agresif
5) Miskin Penanaman Nilai-nilai
Orangtua dengan entengnya memasukkan anak ke
sekolah agama, belajar mengaji, sekolah minggu, dan lain-lain dengan harapan
lembaga-lembaga itu dapat mencetak anak berakhlak mulia. Meski membantu anak
memiliki wawasan tentang pentingnya perbuatan baik dan nilai moral, namun
aplikasi nilai-nilai itu di rumah jauh lebih penting.
VII.
Usaha-usaha Yang Dapat Di Lakukan Jika
Anak Mengalami Gangguan Emosional
Usaha-usaha yang dapat di lakukan jika anak
mengalami gangguan emosional yaitu dengan melakukan terapi,yang merupakan penetapan sistematik dari sekumpulan prinsip
belajar terhadap suatu kondisi atau perilaku yang dianggap menyimpang, dengan
tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat berarti
menghilangkan, mengurangi, meningkatkan atau memodifikasi suatu Kondisi atau
perilaku tertentu. Misalnya anak yang menderita fobLi dilatih agar mengurangi
rasa takutnya hingga mencapai kadar yang wajar
a. Terapi bermain
Terapi
ini berusaha mengubah perilaku anak yang bermasalah, dengan menempatkan anak
dalam situasi bermain. Untuk pelaksanaannya biasanya disediakan ruangan khusus
yang telah diatur sedemikian rupa sehinggi anak bisa bersantai, dan dapat
mengekspresikan segala perasaan dengan bebas. Dengan metode ini dapat diketahui
permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang anak, selanjutnya diusahakan
suatu metode yang tepat bagnimaria mengatasi atau memecahkan masalah tersebut.
b.
Terapi keluarga
Terapi
ini berusaha mengubah perilaku anak yang memiliki permasalahan dalam lingkungan
keluarga saling akrab satu sama lain Dalam ha! ini usaha pembinaan dan
bimbingan dari keluarga yang lebih tua sangat dibutuhkan.
c.
Terapi perilaku atau modifikasi perilaku
teori
belajar untuk mengubah perilaku anak Yaitu dengan menghilangkan perilaku yang
tidak disenangi seperti pemarah, atau mengembangkan keinginan, misalnya
mengerjakan pekerjaan rumah (PR). tujuan nya adalah mengubah perilaku anak.
yang mempergunakan peran yang dikondisikan untuk mendorong agar anak melakukan
sesuatu, misalnya menaruh pakaian kotor ke dalam ember. Demikian anak
melakukannya berkali-kali apabila hasilnya bak dia mendapat rework (hadiah),
misalnya dengan memberikan pujian atau hadiah berupa mainan.
VIII.
Peran Keluarga dan
Sekolah Terhadap Perkembangan Emosi
John Mayer,
psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi
yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi
diri sendiri. Lebih lanjut pakar psikologi Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan
bahwa kecerdasan emosional kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Guru dan keluarga dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan
emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:
1. Mengenali
emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan
terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan
dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.
2. Mengelola
emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk
menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau
akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.
3. Memotivasi
anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi
anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
4. Memahami
emosi anak.
5. Membina
hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu
mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan
emosional yaitu dengan memelihara hubungan.
6. Berkomunikasi
“dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan
waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita
menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu
membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi
atau penilaian.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus